Lupa sering menimpa siapa saja, anak-anak, orangtua; lelaki,
perempuan; miskin, kaya. Iya kalau lupanya itu menyenangkan, misalnya lupa
punya utang. Tetapi kalau lupanya merugikan, wah bisa membuat galau, misalnya
lupa bahwa hari ini ada ujian di sekolah.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, melupakan sesuatu hal atau
peristiwa, dianggap sebagai hal yang biasa. Contohnya, lupa dengan nama
seseorang yang menyapa kita di jalan, kita lupa di mana menaruh kunci sepeda
motor, atau kita lupa dengan apa yang baru saja hendak kita kerjakan. Namun,
ternyata persoalan lupa tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Sebaliknya,
persoalan lupa yang kita alami sungguh rumit, serumit dan sekompleks sistem
otak kita. Daya ingat yang dimiliki oleh kita sebagai seorang manusia tidaklah
sempurna. Karena banyak peristiwa atau kesan yang tidak dapat kita ingat
kembali. Ketidakmamapuan kita dalam mengingat kembali apa yang pernah kita
alami sebelumnya inilah yang kita namakan atau sebut dengan lupa. Proses dari
lupa sendiri yaitu kita akan dengan cepat melupakan sesuatu hal dalam beberapa
menit setelah dihafalakan, kemudian berkurang setelah beberapa jam dan mungkin
kita akan menjadi lambat mengingatnya setelah beberapa hari.
Mengapa
kita bisa lupa?
Kemudian, apakah yang sebenarnya mendasari manusia bisa
mengalami lupa?. Pada umunya orang-orang pada percaya bahwa proses lupa yang
dialami oleh manusia hanya disebabkan oleh faktor waktu saja, namun berdasarkan
teori yang ada dan hasil-hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa ahli menunjukkan bahwa, faktor waktu itu hanya merupakan sebagian dari
faktor yang dapat mendasari atau mempengaruhi terjadinya kelupaan.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan manusia bisa lupa
adalah
(1) adanya kegagalan dalam penyandian, artinya informasi tidak memasuki
otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh sistem atensi,
akibatnya tidak ada informasi yang dapat diingat, dan kegagalan penyandian ini
mengacu pada kegagalan memasukkan materi kedalam Long Term Memory.
(2) adanya
kegagalan dalam konsolidasi, artinya hilangnya memori akibat gangguan organik
yang terjadi saat pembentukan jejak memori, yang berakibat pada terbentuknya
memori-memori yang tidak sempurna, yang bagi individu yang bersangkutan
dirasakan sebagai kelupaan. Dari kegagalan konsilidasi ini Short Term Memori
tidak mengalami masalah (normal), namun masalah terjadi pada saat pemrosesan
perpindahan informasi dari Short Term Memory ke Long Term Memory.
Kerusakan
fungsi memori organik disebabkan antara lain, karena adanya penyakit di otak
akibat stroke, infeksi, tumor, dan degeneratif (penurunan kondisi) sehingga ada
kerusakan di otak. Akibatnya, fungsi otak terganggu, terutama ingatan. Umumnya,
yang pertama kali terganggu ialah ingatan jangka pendek.
Selain kedua faktor tersebut, ada lagi faktor-faktor lain
yang menyebabkan manusia bisa mengalami lupa, yaitu:
# Terjadinya decay artinya memudarnya memori seiring dengan
berlalunya waktu dan akibat dari jarangnya memori tersebut digunakan.
# Terjadinya displacement artinya informasi yang pernah
diperoleh oleh manusia menghilang begitu saja dari sistem memori jangka pendek,
karena masuknya tambahan informasi-informasi baru yang terlalu banyak kepada
sistem memori jangka pendek tersebut.
# Terjadinya Interfensi artinya bercampur-baurnya atau
bertumpang tindihnya memeori-memori yang serupa atau yang sama. Ada dua macam
Interfensi, yaitu interfensi retroaktif, dimana informasi yang baru masuk
mengganggu proses pemunculan kembali informasi atau memori yang lama. Dan
interfensi proaktif, dimana informasi yang telah ada atau memori-memori lama
mengganggu proses pemunculan kembali informasi yang baru masuk.
# Kelupaan yang disengaja, pada umumnya dilakukan manusia
untuk menghindari kenangan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang
traumatik.
Salah seorang peneliti memori terkemuka saat ini, Elizabeth
Loftus, telah menemukan empat alasan utama mengapa orang lupa: kegagalan
mengambil informasi, memori-memori yang ada saling mengganggu, kegagalan untuk menyimpan
informasi, dan termotivasi untuk melupakan.
Kegagalan mengambil informasi. Pernahkah Anda mau mengatakan
sesuatu yang sudah di ujung lidah tetapi sulit mengatakannya? Itulah kegagalan
mengambil informasi. Hal ini dapat dijelaskan dengan Teori Pengikisan (Decay
Theory). Teori ini menyatakan bahwa setiap informasi baru diperoleh, ini akan
meninggalkan jejak di gudang memori kita (di otak). Lama-lama jejak itu
berangsur-angsur akan menghilang bila tidak digunakan dan dilatih.
Lupa itu berhubungan dengan memori. Memori adalah ingatan
terhadap informasi yang dapat berupa kejadian, fakta, dan pengetahuan. Dalam
hidup manusia memori memegang peranan sangat penting karena modal dasar untuk
berpikir dan mengatasi masalah.
Orang yang pintar harus punya modal ingatan yang kuat (tidak
lupa) dan mempunyai memori yang banyak. Semakin banyak memori yang dimiliki dan
semakin kuat ingatannya, maka semakin pintar orang tersebut. Orang yang pintar
adalah orang yang mampu mengatasi masalah.
Sayangnya, tidak semua memori dapat diingat oleh setiap
orang. Ada memori yang gampang diingat, ada pula yang terlupa dan sulit untuk
diingat. Mengapa orang bisa lupa?
Memori-memori yang ada saling mengganggu. Ini dapat
dijelaskan dengan Teori Interferensi (Interferance Theory). Teori Interferensi
menunjukkan bahwa beberapa kenangan bersaing dan mengganggu kenangan lainnya.
Gangguan terjadi terutama pada kenangan-kenangan yang mirip. Misalnya, Anda
pernah berkenalan dengan seseorang lalu ingatan Anda bekerja. Suatu hari Anda
bertemu dengan seseorang yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan
kenalan yang pertama. Anda lupa apakah orang yang Anda temui terakhir ini
adalah kenalan yang dulu atau bukan.
Kegagalan untuk menyimpan informasi. Kadang-kadang informasi
yang hilang bukan karena lupa, melainkan karena terjadi kegagalan pada saat
informasi hendak disimpan di gudang memori jangka panjang. Misalnya, ibu
berpesan kepada Anda bahwa nanti sepulang Anda dari kuliah diminta membeli bola
lampu untuk mengganti lampu kamar mandi yang mati. Saat ibu berpesan Anda
sedang sibuk menyemir sepatu, mencari buku yang hendak dibawa ke kampus,
mencari-cari kunci sepeda motor. Saat Anda pulang kuliah Anda lupa pesan ibu
tadi. Di sini terjadi kegagalan menyimpan informasi, menurut Teori Kegagalan
untuk menyimpan informasi (Encoding Failure Theory).
Termotivasi untuk melupakan. Pernahkah Anda patah hati atau
mengalami peristiwa menyakitkan hati lainnya yang menurut orang lain tidak
mungkin akan terlupakan? Pengalaman traumatis pasti ingin dilupakan oleh
kebanyakan orang. Banyak orang bersusah-payah untuk melupakan kenangan-kenangan
pahit dengan menghindari tempat-tempat tertentu, lagu-lagu tertentu, kata-kata tertentu.
Motivasi untuk melupakan yang kuat dapat membuat orang lupa pada memori
tertentu. Ini dijelaskan dalam Teori Motivasi untuk melupakan (Motivated
Forgetting Theory).
Kelemahan teori-teori itu
Apa yang disampaikan oleh Elizabeth Loftus di atas saya
sampaikan sebatas memberikan penjelasan awal mengapa kita bisa lupa. Seperti
halnya teori-teori tentang perilaku manusia lainnya, teori-teori yang
disampaikan di atas itu juga mengandung kelemahan.
Misalnya, terhadap teori yang pertama terdapat satu masalah
dengan teori ini. Dalam praktik kehidupan kita dan penelitian juga telah
menunjukkan bahwa beberapa kenangan sangat stabil dalam memori jangka panjang
kita. Bahkan meskipun tidak dilatih dan diingat-ingat.
Kelemahan lain adalah terhadap teori yang keempat. Sulit,
bahkan tidak mungkin, untuk memelajari secara ilmiah apakah memori telah
ditekan dan diusahakan sekuatnya untuk dilupakan.
Hal yang sering terjadi adalah jika semakin kuat keinginan
kita untuk melupakan suatu kenangan, maka akan semakin kuat memori kita
terhadap kenangan itu.
Dengan kata lain, ada kenangan-kenangan yang tak dapat kita
lupakan, bahkan hingga ajal menjemput. Penyanyi Ebiet G. Ade saja terus
teringat pada sebuah kenangan. Padahal kenangan itu hanya tentang bulu. “Ada
yang tak mampu kulupa… Bulu lembut di keningmu…” begitu katanya dalam sebuah
lagu ciptaannya.
Saya sendiri punya pendapat bahwa orang bisa lupa di
antaranya karena mereka tidak dapat memusatkan perhatian pada satu informasi
yang diperlukan saat itu juga karena sedang menghadapi masalah-masalah yang
menurutnya sulit diatasi. Stres yang cukup mengganggu bahkan depresi akan
membuat orang kehilangan konsentrasi.
Hal ini berarti bahwa perkara lupa juga terkait dengan
kondisi emosi, mood, atau ranah afeksi (perasaan) seseorang. Kondisi emosi yang
tenang dan senang akan memudahkan orang untuk mengingat informasi. Sedangkan
kondisi emosi yang tertekan dan sedih akan membuat orang lupa terhadap
informasi tertentu.
Bagaimana kita menyikapi pendapat-pendapat tentang alasan
mengapa orang bisa lupa yang berlainan ini? Jangan bingung! Dalam dunia ilmu
sosial tidak ada satu pun teori yang 100% disetujui semua orang. Cukup masukkan
saja dalam gudang memori Anda bahwa ada teori yang menjelaskan mengapa orang
bisa lupa. Kalau Anda punya teori sendiri tentang itu, silakan saja diungkapkan
di posting Anda masing-masing. Siapa tahu teori
Anda menggugurkan teori
sebelumnya karena berdasarkan penelitian Anda terdapat penjelasan yang lebih
logis.
Selain itu, lupa juga mempunyai manfaat. Bayangkan kalau
kita tidak pernah lupa. Mungkin kita akan selalu ingat kejadian di masa lalu
yang membuat kita kecewa. Hinaan dan perlakuan teman yang tidak menyenangkan
akan selalu dikenang. Bisa jadi hari-hari kita akan selalu dibayangi oleh
bayangan gelap masa lalu. Belum lagi jika kita sudah ditinggalkan oleh
orang-orang yang paling dicintai. Mungkin bapak atau ibu yang telah tiada. Jika
kita tidak punya lupa, bayangan mereka akan selalu hadir dalam ingatan. Kita
akan selalu ingat betapa sayangnya mereka kepada kita. Kenangan indah bersama
mereka tak akan terlupa. Bisa jadi hati kita akan terus merasa sedih. Begitu
juga dengan masalah-masalah berat yang menerpa. Tanpa lupa kita akan selalu
teringat masalah berat yang terjadi kemarin, seminggu, sebulan atau setahun
yang lalu. Masalah itu akan terus membuntuti kita ketika kita tidak bisa lupa.
Padahal bisa jadi masalah itu sudah selesai. Namun, bayangannya masih
menghantui hari-hari yang kita lalui.
Lupa adalah hukum alam yang tak bisa dirubah. Lupa adalah
bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Namun ini bukan berarti kita boleh
lupa dengan janji atau tidak ingat dengan tugas dan tanggung jawab yang sudah
diberi. Kita harus selalu berusaha mengingat hal-hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, manusia membuat catatan di buku harian, pengingat di
gadget, atau alarm di jam. Lupa adalah anugerah Yang Maha Kuasa diberikan
kepada semua manusia. Tujuannya agar manusia terlepas dari bayang-bayang masa
lalu. Dari bayangan kelam yang menghantui atau ingatan indah yang membuaikan.
Lupa adalah ciri khas manusia agar meninggalkan apa yang sudah terjadi dan
mempersiapkan diri untuk masa depan.
Mari kita lupakan apa yang perlu dilupakan. Ingatlah apa
yang perlu diingat. Lupakan masa silam, jangan terlalu sering melihat ke
belakang. Lihatlah ke depan, berusaha dan berjuanglah untuk meraih masa depan
gemilang.
0 komentar:
Posting Komentar