#Pengertian Bahasa
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui
bahasa manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan
intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa
Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh
karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan
keperluannya, apapun latar belakangnya.
#Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman,
1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat
yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu
berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya
variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien,
dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Suku
bangsa Jawa mempunyai bahasa yang disebut bahasa Jawa . Bahasa Jawa merupakan
bahasa yang unik. Dikatakan unik karena dalam bahasa Jawa dikenal adanya
tingkatan-tingkatannya. Dalam tulisan ini disebutkan dua tingkatan tersebut
yaitu : (1) dua ragam bahasa tadi yang sampai sekarang tetap digunakan dengan
baik oleh masyarakat dan sekolah-sekolah dan (2) kehidupan Jawa hanya dikenal
ngoko dan krama. Dalam kehidupan Jawa umumnya tidak kenal dengan rinci mengenai
bahasa madya (madya ngoko, madyantara, madya krama), bahasa kedaton, ngoko
andhap, antyabasa, ngoko andhap, bahasa antya, seperti yang dikatakan
oleh Bastomi (1995:65).
Lebih
jelasnya Bastomi (1995:65) mengatakan bahwa tingkatan-tingkatan bahasa Jawa
digunakan untuk menunjukkan tingkatan masyarakat penuturnya, yaitu : (1) ngoko,
digunakan masyarakat tingkat bawah, (2) madya, digunakan oleh masyarakat
tingkat menengah, dan (3) krama, digunakan oleh masyarakat tingkat tinggi.
Menurut
masyarakat awam tingkatan tingkatan bahasa Jawa dibedakan menjadi dua golongan
yaitu ngoko basa. Menurut Bastomi (1995:65) bahasa Jawa ada pembagian
tingkatan-tingkatan bahasa yang cukup rinci. Penempatan bahasa Jawa tergantung
pada perbedaan umur jabatan, derajat serta tingkat kekerabatan antara yang
berbicara dengan yang diajak bicara, yang menunjukkan adanya ungah-ungguh
bahasa Jawa. Maka dari itu penggunaan bahasa Jawa dapat dirinci
seperti di bawah ini:
1. Ngoko Lugu
a. Teman dengan teman
yang sudah akrab
b. Orang tua terhadap
orang yang lebih muda yang sudah akrab
c. Pimpinan terhadap bawahan
d. Berbicara dalam hati
e. Orang yang belum bisa menggunakan bahasa
Jawa
2. Ngoko Andhap
a. Orang tua terhadap orang muda yang
mempunyai derajat yang lebih tinggi
b. Orang yang mempunyai derajat terhadap
kerabat yang lebih tua
c. Istreri yang mempunyai pengetahuan
(berpendidikan) terhadap suaminya
d. Orang dengan orang
yang mempunyai pengetahuan (berpendidikan)
3. Bahasa madya
Bahasa
madya digunakan seenaknya terhadap teman sendiri
4. Bahasa madya ngoko
Yang menggunakan
petani/pedagang terhadap sesama
5. Bahasa Madyantara
a. Pedagang/petani desa
b. Terhadap orang yang
tingkatannya lebih rendah
6. Bahasa madya krama
a. Pejabat terhadap saudara yang lebih tua
tetapi kedudukannya lebih rendah
b. Pejabat terhadap sesame yang sudah akrab
c. Isteri terhadap suaminya
7. Bahasa krama lugu
a. Orang muda terhadap orang tua
b. Murid terhadap guru
c. Teman terhadap sesame yang sederajat
8. Bahasa kramantara
a. Orang terhadap orang yang sederajat
b. Orang yang mempunyai derajat yang tinggi
terhadap orang lain yang jabatannya lebih rendah
9. Bahasa wredhakrama
Yang
menggunakan orang tua terhadap orang yang lebih muda
10.Krama inggil
Yang
menggunakan masyarakat umum terhadap pejabat tinggi. Bahasa Jawa krama inggil, tingkatan
untuk menghormati lebih tinggi daripada bahas Jawa krama. Bahasa Jawa krama
inggil disebut sebagai bahasa kurmat luhur. Kata-kata bahasa Jawa krama inggil
tidak terlalu banyak, krama inggil hanya menjelaskan mengenai nama anggota
badan, tempat, tindakan, keadaan, dan nama-nama barang yang sering digunakan
oleh orang yang dihormati.
Setelah
memahami unggah-ungguh/tatanan bahasa Jawa, orang akan mendapat gambaran bahwa
bahasa jawa mampu menjadi cerminan terhadapnilai budaya masyarakat Jawa.Ini
menunjukkan bahwa orang Jawa besar perhatiannya terhadap tata krama/sopan
santun Jawa yang mempunyai nilai etis.
Salah
satu yang saya suka dari Bahasa Jawa adalah kekayaan perbendaharaan kata dan
bunyinya yang lugas.
Tapi lambat laun saya sadar bahwa fenomena semacam itu dikarenakan orang Jawa sering kesulitan menemukan kata bahasa indonesia (melayu) yang tepat untuk suatu maksud dalam bahasa Jawa.
Misalnya kalimat: "Arek cilik iku KUNDURAN montor", nah translate indonesia-nya susah, jadinya panjang: "Anak kecil itu tertabrak mobil yang tanpa sengaja sedang mundur ke belakang".
Selain
itu banyak pula kosakata jawa ngoko yang susah di-translate ke indonesia, misal:
kata "Jatuh" bisa memiliki varian yang bermacam-macam.
· Tibo : artinya jatuh
(secara umum)
· Ceblok : sesuatu yang
jatuh dari atas, misal buah jatuh dari pohon
· Lugur : hampir sama
dengan Ceblok
· Roto : hampir sama
dengan Ceblok dan Lugur
· Njlungup : orang yang
jatuh ke depan dari tempat yang tinggi
· Nyosop : Orang yang
jatuh tersungkur ke depan dengan terantuk mukanya
· Ndlosor : Hampir sama dengan Nyosop
· Nyungsep : hampir sama
dengan Nyosop dan Ndlosor tapi
lebih parah
· Njungkel : jatuh
terjungkal ke belakang
· Nggeblag : hampir sama
dengan Njungkel tapi terdengar bunyinya
"blak!!"
· Mblasah : Diperuntukkan
untuk benda cair yang jatuh dan berceceran
Istilah
di atas belum termasuk berbagai varian logat antar daerah yang mungkin sedikit
berbeda lafalnya, tapi mengacu pada maksud yang sama.
Saking kayanya Bahasa Jawa, sampai-sampai anak-anak hewan lengkap punya nama sendiri-sendiri. Anak kucing = cemeng, anak jaran (kuda) = belo, anak macan (harimau) = gogor, anak bajul (buaya) =krete, anak iwak (ikan) bandeng = nener, anak cecek (cicak) = sawiyah, dsbnya.
Saking kayanya Bahasa Jawa, sampai-sampai anak-anak hewan lengkap punya nama sendiri-sendiri. Anak kucing = cemeng, anak jaran (kuda) = belo, anak macan (harimau) = gogor, anak bajul (buaya) =krete, anak iwak (ikan) bandeng = nener, anak cecek (cicak) = sawiyah, dsbnya.
Bahasa
jawa juga kaya permainan kata, yang biasa disebut parikan, sanepa,
dan nyandra. Apalagi kalau sudah bicara
tingkatan-tingkatan dalam Bahasa Jawa, ada ngoko (bahasa
awam/kasaran), ngoko alus(agak
halus), kromo
inggil (bahasa halus dan terhormat), dan bahasa Jawa Kawi yang
memiliki kehalusan dan nilai sastra yang tinggi.
Saat
ini sudah jarang generasi anak-anak Jawa asli yang mampu menguasai ragam bahasa
Jawa dengan mahir. Justru orang-orang Belanda dan mancanegara lain banyak yang
tertarik dan mendalami sastra Bahasa Jawa dengan sangat baik. Seorang sesepuh
saya yang mahir berbahasa Jawa pernah bercerita bahwa guru mata pelajaran
Bahasa Jawa-nya dulu (jaman sebelum merdeka) adalah orang Belanda, dia sangat
mahir sastra Jawa.
Sepenggal
cuplikan di atas mencerminkan betapa kayanya nilai Bahasa Jawa dari segi
linguistik. Dan biasanya kekayaan suatu bahasa mencerminkan tingginya peradaban
masyarakatnya. Sayang seribu sayang, generasi anak-anak Jawa hari ini lebih
suka belajar bahasa asing daripada belajar Bahasa Jawa. Alhasil transfer nilai
budaya lokal juga semakin terdegradasi.
Fenomena ini barangkali juga terjadi pada bahasa suku-suku lain di Nusantara, saya tidak tahu pasti. Tapi yang jelas UNESCO (2009) menyatakan bahwa dari 742 bahasa daerah di Indonesia, 169 di antaranya terancam punah. Punahnya suatu bahasa menyebabkan hilangnya berbagai bentuk dari warisan budaya, khususnya warisan tradisi dan ekspresi berbicara masyarakat penuturnya, mulai dari sajak-sajak dan cerita, hingga peribahasa dan lelucon-lelucon.
#Fungsi Bahasa
1. Bahasa sebagai sarana
komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai
lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya :
komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial,
dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi
dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan
hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah
institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga,
integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol
sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi
untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat
saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol –
simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat
diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain –
lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami
diri
Dalam membangun karakter seseorang harus
dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus
dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat,
kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya.
Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis,
karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas
dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke
arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi
diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat
dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau
tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk
menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu),
lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami
orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi,
seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan
pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal
mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan,
karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya
(sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan
kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain –
lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati
lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati
masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan
kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan
tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan,
bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati,
menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana
hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir
logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan
seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau
kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan
konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan
tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak.
Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna
sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan
kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat,
paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau
pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan
kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang
dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan
tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan
berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius
dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program
yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin
penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan
seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya,
seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk
sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks ,
misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek,
kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali
dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang
tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman
barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak
pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan
mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional
memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga
mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan
kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan
komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk
mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi
akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang
menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat
berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
Sumber :
3 komentar:
Terima kasih info yang bergunanya.!
Pengobatan Tradisional Untuk Lambung Bocor
Obat Tradisional Penyakit Sinusitis Akut dan Kronis
Cara Mengobati Pembengkakan Pada Limpa
Seneng berbagi ya
Temen2 suka berbagi kan kalau kamu harus di komen ya
Posting Komentar