Peran Umat Beragama Dalam Agama Dan Masyarakat
Agama-agama
mempunyai banyak kesamaan ketika berperan di tengah-tengah hidup dan kehidupan
masyarakat. Misalnya, dalam rangka mensejahterakan masyarakat, agama berperan
agar terjadi perubahan sosial dengan harapan manusia mempunyai kualitas hidup
yang lebih baik. Semua peran itu, memang bisa dilakukan secara sendiri-sendiri,
namun alangkah baiknya jika semua agama bisa melakukannya secara bersama.
Pada umumnya,
umat beragama menyadari dan memahami bahwa TUHAN yang menciptakan manusia. Ia
memberi mandat kepada manusia untuk mengolah, menata, merawat, dan memanfaatkan
hasil ciptaan-Nya. Agama-agama juga menyadari bahwa, mandat itu hanya
bisa dilaksanakan dengan baik, jika dilakukan secara bersama, serta semua
kapasitas dan kemampuan manusia terus menerus ditingkatkan. Akan tetapi, hal
tersebut hanya sebatas pemahaman saja, dalam arti belum mencapai berbagai
tindakan konkrit pada tataran realitas masyarakat dalam hidup serta kehidupan
setiap hari.
tantangan-tantangan umum yang di hadapi umat
beragama
Sebagian
besar masyarakat atau penduduk Indonesia [termasuk umat beragama] berada di
wilayah pedesaan pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Timor, dan
lain-lain. Pada umumnya, masih banyak di antara mereka yang bergelut dengan
kurangnya pendidikan karena ketiadaan dana; sarana dan prasarana sosial,
ibadah, pendidikan yang terbatas; banyak yang dikategorikan sebagai keluarga pra
sejahtera dan tertinggal.
Namun, sebaliknya, masyarakat perkotaan, dalam banyak hal, lebih baik
keadaannya. Walaupun demikian, masyarakat di perkotaan pun masih mempunyai
berbagai ciri khas yang sekaligus berdampak pada pendekatan dalam pelayanan
agama-agama. Misalnya,
- kota-kota metropolitan [misalnya Jakarta, Surabaya, Medan, dan lain-lain], dengan masyarakat multi etnis; tingkat ekonomoni-sosial yang beraneka ragam; adanya kaum miskin kota yang berdampingan dengan orang-orang kaya; mempunyai penduduk yang sarat dengan permasalahan; adanya kesenjangan yang cenderung memunculkan berbagai konflik sosial akibat dari hal-hal sepele; dan kadang-kadang pengaruh sisi gelap dari metropolitan tersebut merambah masuk ke dalam hidup dan kehidupan umat beragama
- kota-kota penyangga [misalnya, Bekasi, Tangerang, Sidoarjo, Mojokerto, dan lain-lain]; penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi; banyak waktu mereka yang terbuang di jalan raya; hari-hari efektif mereka terisi dengan pergerakan pulang-pergi ke metropolitan di dekatnya untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain
- kota-kota industri dan urban yang ramai serta padat karena adanya industri di sekitarnya [misalnya Tenggarong, Balikpapan, Batam, dan lain-lain
- kota-kota [relatif] kecil namun penuh dinamika khas [misalnya Salatiga, banyak mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia dan dunia; Kediri, buruh pabrik rokok; Madiun, sebagai lintasan transportasi antara Jawa Timur dan Jawa Tengah; Cirebon, sebagai lintasan transportasi antara Jawa Tengah dan Jawa Barat; Magelang, anggota militer; dan lain-lain].
Karakteristik
masyarakat dan umat beragama seperti itu, sebetulnya sekaligus merupakan
kekayaan dan tantangan bagi pemimpin-pemimpin keagamaan. Tiap-tiap umat
beragama mempunyai ciri khas, namun hampir semuanya mempunyai kesamaan yang
umum, yaitu anggota adalah orang dewasa dalam usia produktif; hampir sebagian
besar waktunya digunakan untuk sibuk bekerja atau mencari nafkah; mempunyai
mobilitas tinggi karena tuntutan profesi; mempunyai tanggung jawab untuk
menghidupi serta mensejahterahkan keluarga; dan lain sebagainya. Di samping
itu, umumnya ada semacam penyakit yang pada umat beragama sehingga
mereka kurang [bahkan tidak mau] berperan di/dalam kegiatan-kegiatan agamawi,
kecuali pada hari-hari raya keagamaan.
Di samping
semuanya itu, pada era kemajuan tekhnologi dan komunikasi, agaknya peran umat
beragama, seharusnya tidak melulu tertuju pada orang-orang seagama, melainkan
menjangkau masyarakat di luar agamanya.
Masyarakat
yang terus menerus mengalami proses globalisasi, menimbulkan transformasi
komunikasi dan informasi sehingga berdampak terhadap perubahan nilai-nilai
sosial serta budaya, dan lain-lain. Dan, ketika masyarakat [yang di dalamnya
termasuk anak-anak] berubah serta menerima nilai-nilai baru yang didapat akibat
bebasnya arus informasi. Pada sikon itu, misalnya anak-anak yang mengalami
pengaruh bebasnya arus informasi, kemudian mereka menggunakannya untuk
berhadapan dengan orang tuanya, maka bisa saja akan muncul benturan-benturan
serta gesekan-gesekan. Benturan-benturan itu bisa juga akibat perbedaan
persepsi di antara keduanya; misalnya perbedaan menanggapi dan bersikap
terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Dan jika
orang tua tidak siap, tanpa wawasan yang luas, kurang sigap mengamati dan
memperhatikan perkembangan masyarakat, maka benturan-benturan tersebut akan
semakin menjadi suatu pertikaian yang tak henti; pertikaian yang
berujung pada retak dan renggangnya hubungan inter dan antar anggota keluarga,
serta orang tua dengan anak, dan lain sebagainya. Dan tidak menutup
kemungkinan, adanya pelarian sumber daya insani [terutama angkatan muda yang
berpendidikan dan dinamis serta kreatif] ke pelbagai agama yang membuka
kesempatan kepada mereka untuk berkreasi sesuai perkembangannya.
Oleh sebab
itu, umat beragama perlu berbuat lebih banyak lagi [karena pada umumnya mereka
mempunyai kemampuan untuk itu]. Itu berarti membutuhkan kemampuan penyesuaian
dan mengatasi masalah serta dukungan lingkungan kondusif untuk berkembangnya
nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Hal itu
harus terjadi, karena adanya permasalahan sosial di/dalam masyarakat [konteks
umat beragama berada]. Misalnya, kekerasan [dari orang dewasa dan sosial]
terhadap masyarakat, terutama kepada wanita dan anak-anak; kenakalan remaja [di
rumah, sekolah, lingkungan] dan berbagai dampak yang mengikutinya;
penyalahgunaan obat-obatan; mudah mengikuti unsur-unsur budaya asing [dengan
tanpa berpikir kritis] yang ditampilkan melalui media massa; premanisme serta
pelbagai tindak kriminal; masalah seksual; masalah kaum urban dan masyarakat
miskin kota di daerah-daerah kumuh; benturan budaya sebagai pendatang di kota
metropolitan; ketidakmampuan ekonomi yang berimbas pada faktor kesehatan dan
pendidikan, dan lain lain.
Dalam konteks
seperti itulah, umat beragama hadir dan ada. Dengan demikian, mau tidak mau,
umat beragama berperan dan harus terlibat serta melibatkan diri untuk mengatasi
hal-hal tersebut. Jika umat beragama hanya mengfokuskan diri pada hal-hal yang
hanya berhubungan dengan ibadah rutin, maka peran dan pelibatan diri tersebut
tidak terlihat bahkan tak berdampak apa-apa pada orang lain [termasuk tidak
mampu melindungi anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam permasalahan sosial
serta kriminal di/dalam masyarakat] serta masyarakat luas.
Pada diri
setiap umat beragama, seharusnya ada panggilan, tugas, tanggung jawab untuk
memperbaiki masyarakat dengan talenta dan kemampuan yang ada padanya. Oleh
sebab itu, perlu suatu perubahan pemikiran dalam rangka meningkatkan peran
keseluruhan umat beragama [misalnya sebagai bagian dari bangsa Indonesia], pada
agamanya dan masyarakat. Dengan itu akan terjadi suatu paduan kekuatan dan
kemampuan dalam rangka membangun manusia dan masyarakat yang sejahtera. Pada
dasarnya ada banyak peran Agama dan umat beragama dalam lingkup agamanya serta
masyarakat seluas-luasnya.
Manusia
beragama karena adanya alasan-alasan tertentu; dan ketika seseorang mengikatkan
dirinya pada institusi keagamaan, tersirat dari dan dalam dirinya, bahwa ia
harus mendapat keuntungan serta kepuasan dari tindakannya itu.
Ini berarti, agama sebagai suatu sistem ajaran harus membawa perbaikan dan
perubahan total pada manusia yang beragama atau umat. Jadi, agama berperan
untuk perubahan manusia; sebaliknya manusia pun dapat berubah karena adanya
agama; manusia bisa berubah karena kekuatan agama dan juga sebaliknya.
Oleh sebab
itu, ada beberapa peran yang bisa dilakukan agama; bukan berarti agama adalah
pribadi yang bisa melakukan sesuatu; melainkan peran yang dilakukan oleh
institusi agama atau umat beragama, terutama mereka yang berfungsi sebagai
pemimpin-pemimpin keagamaan. Pada dasarnya ada banyak peran Agama dan umat
beragama dalam lingkup agamanya serta pada masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar