Hampir 54 Persen Penduduk Indonesia Tinggal Di Kota
Kompas/Agus Susanto Warga pendatang
mengikuti sidang dalam Operasi Yustisi Kependudukan di Kantor Kelurahan Kebon
Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (22/9/2011). Pemprov DKI
melaksanakan OYK secara serentak di lima wilayah. Pendatang yang tidak memiliki
KTP setempat didenda Rp 20 ribu.
JAKARTA, KOMPAS.com- Tahun ini, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di
perkotaan diperkirakan telah mencapai 54 persen. Jika saat ini penduduk
Indonesia sudah lebih dari 240 juta, artinya paling sedikit ada 129,6 juta
orang yang menyesaki perkotaan.
"Makin banyak penduduk tinggal
perkotaan berarti bertambah warga yang berpeluang menikmati infrastruktur yang
baik," Sonny Harry B Harmadi.
Angka ini melambung tinggi
dibandingkan hasil sensus penduduk 2010. Saat itu, sebanyak 49,8 persen dari
237,6 juta penduduk Indonesia tinggal di kota.
Ketua Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia Sonny Harry B Harmadi, Kamis (23/8/2012)
mengatakan, meningkatnya proporsi penduduk kota dipicu oleh urbanisasi dan
perubahan desa menjadi kota.
Urbanisasi merupakan persoalan
Indonesia yang terjadi sejak Orde Baru dan hingga kini belum menemukan
solusinya. Sedangkan perubahan desa menjadi kota disebabkan banyak hal, mulai
dari meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk, aktivitas ekonomi yang tak
lagi bertumpu pada sektor pertanian, hingga membaiknya infrastruktur.
"Makin banyak penduduk
perkotaan berarti makin banyak penduduk yang berpeluang menikmati infrastruktur
yang baik," katanya. Kesejahteraan masyarakat pun meningkat karena mereka
yang di kota memiliki peluang ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang lebih baik
dibanding yang tinggal di desa. Namun, banyak pemerintah kota yang tak siap
dengan perkembangan kotanya. Kurangnya kesiapan sumberdaya manusia dan
ketersediaan infrastruktur yang memadai membuat banyaknya jumlah penduduk kota
justru menjadi tekanan pembangunan.
Menurut Sonny, perkembangan
kota-kota di Indonesia yang dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk
terbukti meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tetapi, kondisi ini tidak
terjadi di Jakarta karena perkembangan Jakarta sudah mencapai titik jenuh.
"Sulitnya mengakses lahan
permukiman, air bersih, hingga lingkungan yang baik membuat produktivitas warga
Jakarta justru turun," katanya.
Bertambahnya penduduk kota
sebenarnya bisa memberi dampak positif bagi kota maupun bagi daerah tempat asal
mereka. Namun, banyak pemerintah kota tidak mengantisipasi hal itu dengan
infrastruktur yang memadai sehingga dampak positif dari makin besarnya jumlah
penduduk justru menjadi bencana.
Urbanisasi merupakan hal umum yang
terjadi di negara-negara berkembang di Asia maupun Amerika Selatan. Namun
urbanisasi yang terjadi di Indonesia lebih komplek karena melibatkan kultur
yang lebih beragam. Ini menuntut kesiapan pemerintah kota yang lebih baik
karena penanganan urbanisasi tidak hanya melibatkan aspek ekonomi semata, tapi
juga sosial dan budaya.
Opini / Pendapat
Urbanisasi yang sering terjadi di Indonesia, yakni
urbanisasi yang dilakukan oleh penduduk dari desa ke kota, dengan maksud untuk
mencari pekerjaan yang lebih layak di kota. Hal ini disebabkan oleh karena
terbatasnya lapangan kerja di desa, bisa perkotaan atau alokasi sumber daya
dalam hal ini aliran dana pembangunan dari pemerintah yang tidak merata dan
tidak menyentuh pedesaan, serta masalah kemiskinan absolut yang sudah menjadi
ciri kehidupan di pedesaan.
Dengan keterbatasan dan kekurangan yang ada di desa
tersebut mengakibatkan masyarakat desa pergi ke kota untuk mencari penghidupan
yang lebih baik. Namun hal ini justeru menjadi masalah baru bagi kota tersebut,
karena dengan makin tingginnya arus urbanisasi terjadi tentunya kota akan menjadi
semakin padat, kebutuhan akan ruang di kota akan menjadi hal sangat sulit untuk
diatur.
Karna, sebagian masyarakat pedesaan beranggapan bahwa
dengan pergi kekota akan mendapatkan rezeki yang banyak, tapi pada sekarang
kenyataan itu malah berbeda. Sedangkan untuk mengatasi masalah sebagai akibat
dari tingginya arus urbanisasi dari desa ke kota, dilakukan dengan cara
pengurangan jumlah penduduk di kota melalui penguatan program Keluarga
Berencana dan transmigrasi yang merupakan salah bentuk transfer penduduk ke
wilayah lain. Hal ini juga harus dilakukan bersamaan dengan program
penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat perkotaan yang mana program-program
tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat kota, serta pengakkan hukum untuk
guna mengurangi tindakan kriminalitas dan menciptakan lingkungan yang aman,
tertib, sejahtera dan indah, tetapi yang terpenting adalah arus urbanisasi yang
tinggi dapat dikendalikan dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar